Sabtu, 28 Maret 2009

"Small Tsunami" Kills 50 After Indonesia Dam Breaks

JAKARTA - A dam on the outskirts of the Indonesian capital, Jakarta, burst early on Friday, killing 50 people and flooding hundreds of houses nearby, officials said. Rustam Pakaya, a health ministry official, said 50 bodies had been recovered so far and hundreds of houses were under 2 metres (7 feet) of floodwater.

"Hundreds of houses are flooded, tens of houses damaged, it was like a small tsunami," he said. Police said they were still searching the area for more casualties. Metro TV showed rescuers wading up to their chests in floodwater as they put the injured on stretchers.

The dam, which was used to retain water in Lake Situ Gintung in Tangerang District, 20 km (12 miles) southwest of
central Jakarta, broke early on Friday morning following torrential rain. President Susilo Bambang Yudhoyono cut short a trip to Bandung, West Java, where he was campaigning ahead of April 9 parliamentary elections, to visit the disaster scene.

Vice President Jusuf Kalla went to the area earlier on Friday and promised the government would repair the dam
immediately and provide help with rebuilding homes

Pertama Kali : Pecahan Asteroid Ditemukan

Pecahan dari asteroid yang diikuti saat jatuh ke bumi untuk pertama kalinya berhasil ditemukan oleh para ilmuwan.

Sebuah laporan di jurnal sains, Nature, mengatakan sekitar 50 potongan dari asteroid dikumpulkan di Sudan, tempat jatuhnya asteroid itu Bulan Oktober tahun lalu.

Para ilmuwan mengatakan temuan tersebut menawarkan kesempatan yang unik untuk mempelajari rute perjalanan asteroid dan kandungan kimia di dalamnya.

Selain itu ilmuwan juga mengharapkan dengan meneliti pecahan asteroid yang ditemukan maka bisa diatasi jatuhnya asteroid yang lebih besar ke bumi di masa depan.

Asteroid seukuran mobil, yang dikenal dengan nama 2008 TC3, dideteksi oleh para astronom di negara bagian Arizona, Amerika Serikat, Oktober tahun lalu.

Dengan menggunakan teleskop, asteroid itu kemudian diikuti perjalanannya saat berkeliling sampai pecah berkeping-keping di atmosfir bumi di atas gurun Nubian di Sudan.

Tergolong muda

Peter Jennisken --salah seorang penulis dalam laporan di jurnal Nature itu-- dan ilmuwan dari Seti Institute di California, kemudian pergi ke Sudan bersama satu tim peneliti untuk mencoba menemukan lokasi jatuhnya pecahan asteroid itu.

Dan upaya pencarian yang seksama berhasil menemukan 47 pecahan meteroit untuk diteliti.

"Asteroid ini terbuat dari bahan yang cepat pecah yang menyebabkannya meledak pada ketinggian 37 kilimeter, sebelum jatuh dengan jauh lebih pelan," kata Jennisken.

"Ini adalah meteroit yang belum ada dalam koleksi kami, materi yang benar-benar baru," tambahnya.

Penulis lain laporan itu, Douglas Rumble dari Carnegie Institution, mengatakan sebelumnya banyak meteroit yang sduah diamati saat terbakar ketika memasuki atmosfir bumi.

Ketika meteroit jatuh ke bumi untuk diselidki, peneliti biasanya jarang sekali mendapat informasi tentang dari mana asteroid itu dan apa jenisnya.

Sementara dalam kasus 2008 TC3 ini sudah diketahui merupakan jenis meteroit yang relatif jarang yang disebut dengan urilites --yang mungkin berasal dari satu unit tubuh.

Setelah mempelajari pecahan 2008 TC3 di Sudan, para ilmuwan berpendapat asteroid itu masih relatih muda karena baru menghabiskan beberapa juta tahun saja di sistem tata surya.